SeputarJonggol.com – Pasca amblasnya jembatan Cipamingkis pada 13 April 2017 lalu, kegiatan masyarakat, baik yang berada di sekitar lokasi jembatan maupun masyarakat lain sebagai pengguna jalan raya sangat terganggu. Seharusnya, sejak awal terjadinya peristiwa amblesnya jembatan ini, pemerintah pusat atau pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten segera mengambil peran untuk menanggulangi masalah ini serta untuk mengantisipasi ekses yang timbul diantaranya adalah penanganan jalan dan pembangunan jembatan alternatif.
Namun, akibat lambannya sikap pemerintah ini membuat masyarakat berinisiatif untuk membangun jalan dan jembatan alternatif menggunakan material seadanya. Masyarakat hanya berfikir bahwa mereka dapat tetap menyeberang dan melakukan kegiatan sehari-hari secara normal, tanpa harus memutar lewat Cibarusah – Bekasi.
Seiring berjalannya waktu, ternyata inisiatif warga tersebut mendatangkan peluang usaha bagi masyarakat sekitar, sehingga pada akhirnya warga 3 kampung berlomba membuat jembatan darurat, diantaranya sebagai berikut:
- Jembatan Kampung Galang Desa Jonggol – Kampung Gumbeng Desa Sirnagalih dengan biaya swadaya sebesar 30 juta rupiah.
- Kampung Jagaita Desa Jonggol – Kampung Ciledug Desa Bandungan dengan biaya swadaya sebesar 25 juta rupiah.
- Kampung Bengkok Desa Jonggol – Kampung Kukun Desa Sirnagalih dengan biaya swadaya sebesar 100 juta rupiah.
Dari ketiga jembata alternatif yang dibangun menggunakan biaya swadaya masyarakat sekitar itu, Jembatan Kampung Bengkok Desa Jonggol – Kampung Kukun Desa Sirnagalih menjadi jembatan termahal dan terbaik dengan menggunakan material besi yang mampu menahan kapasitas 10 ton serta menelan biaya swadaya terbesar hingga mencapai 100 juta rupiah.
Namun sayangnya, inisiatif warga tidak selalu berjalan mulus. Beberapa kali jembatan yang mereka bangun untuk penyeberangan motor maupun mobil itu rusak dan bahkan hanyut diterjang banjir.
Baca Juga: Jembatan Kampung Bengkok – Kukun bisa dilalui truk.
Jembatan Cipamingkis Masih Dalam Proses
Sementara itu, Jembatan Cipamingkis yang amblas, saat ini sedang dalam proses pembongkaran dan akan dibangun kembali menggunakan dana APBD Provinsi Jawa Barat. Sedangkan untuk jalan alternatif Kampung Rawabogo Desa Weninggalih Kecamatan Jonggol – Desa Sirnajati Kecamatan Cibarusah Bekasi yang semula memiliki lebar 3 meter, kini telah diperlebar menjadi 6 meter. Jalur alternatif yang tadinya menggunakan biaya swadaya masyarakat itupun kini sedang dalam proses pengerasan dengan menggunakan dana APBD Kabupaten Bogor.
Namun, sayangnya pengerasan itu hanya untuk jalan sepanjang 2Km dengan lebar 4,5m. Padahal, kondisi volume jalan memiliki panjang 3,6Km. Untuk kekurangan pengerasan jalan sepanjang 1,6Km lagi, pihak pemerintah kabupaten Bogor sedang mengupayakan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Hingga saat berita ini diturunkan, ketiga jembatan alternatif hasil swadaya masyarakat sudah beroperasi dan dapat dilalui oleh kendaraan. Masyarakat yang sebentar lagi akan melakukan mudik ke kampung halaman dan harus melewati jalur Jonggol berharap agar jembatan-jembatan alternatif di tiga kampung ini nantinya dapat berfungsi dengan baik sehingga mereka dapat berlebaran dan bertemu sanak keluarga di kampung mereka masing-masing.
Peran Aktif Camat Jonggol
Dibalik cepat tanggapnya masyarakat dalam mengantisipasi dampak dari amblesnya jembatan Cipamingkis ini tidak terlepas dari peran para pimpinan yang berada di Kecamatan Jonggol, terutama Camat Jonggol, Beben Suhendar, SH., MM.
Sosok pria energik yang memimpin Kecamatan Jonggol ini memang dikenal sebagai sosok yang ramah dan terbuka serta banyak mendukung kegiatan positif masyarakat yang berada di bawah kepemimpinannya. Berbagai kegiatan, diantaranya Car Free Day di Alun-alun Jonggol telah banyak mendapat apresiasi dari masyarakat. Demikian pula ketika terjadi amblesnya jembatan Cipamingkis, Beben Suhendar segera berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dan bertindak cepat serta tepat mengantisipasi dampak lanjutan dari peristiwa tersebut. (PY)